
Tren industri manufaktur 2025 mengalami dinamika dari tahun ke tahun. Terdapat faktor-faktor penentu yang menjadikan industri manufaktur mengalami pergolakan seperti kebijakan politik, pemutusan hubungan kerja sepihak, kurangnya pemasok, hingga defisit pasar global. Dinamika tren industri pada tahun-tahun sebelumnya membuktikan bahwa industri manufaktur di Indonesia masih belum stabil dikarenakan banyak hal yang perlu diperbaiki, meskipun terdapat hasil yang positif di tahun-tahun tertentu.
Perkembangan Sektor Manufaktur di Indonesia
Dilansir Tempo, industri manufaktur di Indonesia diprediksi masih stagnan tahun 2025 ini. Sejumlah sektor yang semula rentan, seperti tekstil dan produk tekstil (TPT), diperkirakan masih akan tertatih. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, perlu untuk memetakan sektor-sektor yang berpotensi tinggi menyerap tenaga kerja, serta sektor-sektor yang kemungkinan tertekan pada tahun-tahun berikutnya.
Pada Juli 2024 Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia mencatat, terdapat kontraksi poin di bawah 50 selama lima bulan beruntun pada Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2), dan November (49,6). Kemudian pada bulan Desember naik menjadi (51,2) 2024.
Menurut Agus Gumiwang, pelemahan pada sektor manufaktur ini disebabkan oleh kebijakan politik yang permisif terhadap produk impor. Kebijakan yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024. Regulasi ini merelaksasi produk-produk impor lebih mudah memasuki pasar dan bertanggung jawab atas pailitnya pabrik tekstil PT Sritex pada Oktober 2024 lalu. Keterpurukan ini ditambah dengan angka PHK pada sektor manufaktur yang tinggi yaitu 24.013 tenaga kerja.
Baca juga: Strategi Mitigasi Risiko dalam Pengelolaal Proyek Konstruksi
Tren Industri Manufaktur Indonesia 2025
Berdasarkan data PMI Manufaktur yang dikutip oleh Kemenkeu, sektor manufaktur Indonesia mencatat hasil yang baik pada level 51,9 pada awal tahun 2025 dibandingkan dengan bulan Desember tahun 2024 dengan poin 51,2. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan produksi dan permintaan baru dari pasar domestik dan global. Kenaikan ini menjadi tren positif dan dijadikan momentum oleh pemerintah dengan berkomitmen menjaga kinerja sektor manufaktur serta mendukung kebijakan yang pro terhadap pertumbuhan industri, ungkap Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu.
Kemudian, perkembangan sektor manufaktur pada bulan Januari 2025 merepresentasikan ekspansi aktivitas konsumsi dan dunia usaha menunjukkan tren positif yang selalu konsisten sejak akhir tahun lalu. Pada Desember 2024, Indeks Penjualan Riil (IPR) meningkat 1.0% secara tahunan (November 0,9%) dan indikator konsumsi yaitu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang dirilis Bank Indonesia ekspansif di level 127,7 (November 125,9). Dari aktivitas pasar dunia usaha, penjualan listrik industri ekspansif sebesar 4,3% (year on year), meningkat signifikan dari pertumbuhan 1,5% pada bulan sebelumnya.